SENIMAN KELAHIRAN MEDAN ‘MENJAWAB’ AMANAH PENDIDIKAN NASIONAL
Bang T. Rangkuti bersama rekannya Rudy. D. Nasution adalah dua profesional kelahiran Medan yang sudah malang melintang di dunia musik Nasional. Bang T. Rangkuti yang juga dikenal dengan inisial TFR juga memiliki profesi sebagai konsultan dalam bidang Managemen, Music Production & Education yang saat ini tengah aktif mengkonstruksi 4 unit Bisnis Pandan House Group di Tanjung Pandan Belitung. Salah satu terobosan yang dilakukan adalah dengan menawarkan Program Ekstra Kurikulum untuk sekolah tingkat SMP, SMA & SMK. Sebuah program “ EKSTRA KURIKULUM SENI KREATIF BERBASIS IPTEK ” yang akan menjawab tantangan dunia pendidikan Indonesia di abad 21. Dengan membawa Brand ‘Digital Guru’ & bekerjasama dengan salah satu Lembaga yang memiliki legitimasi untuk melaksanakan program pelaksanaan pendidikan. TFR yang menjabat sebagai Direktur Program & Pendidikan di ‘Digital Guru’, bersama rekannya Rudy. D. Nasution sebagai Direktur Pengembangan Bisnis melakukan sosialisasi & coaching clinic di 22 sekolah di provinsi Bangka Belitung, khususnya di Kota Tanjung Pandan. Dari tingkat SMP, SMA & SMK. Media ‘Digital Guru’ mencoba menggali lebih dalam apa sebenarnya sasaran dari program Excul dari Digital Guru & seberapa besar manfaatnya bagi dunia pendidikan.
Media DG : “Apa sasaran yang ingin dicapai dari kegiatan sosialisasi & coaching clinic yang dilakukan Digital Guru di sekolah – sekolah ?”.
Media DG : ”Ini program yang sangat bagus, Apakah Pemerintah dapat mengakomodir & mengimplementasikannya, apa harapan abang ?”.
TFR : Saya perlu menggambarkan landasan filosofis mengapa ‘Digital Guru’ menawarkan program ‘Seni Kreatif berbasis Iptek’. Pertama, Dunia pendidikan Indonesia membutuhkan jawaban yang lebih konkrit terhadap tantangan globalisasi, yang salah satunya adalah Informasi, dan kita semua tahu informasi dapat diakses begitu mudah karena mediumnya digital. Informasi ini dalam berbagai bentuk misal ; Berita, Hiburan dan lain sebagainya, yang ternyata berimplikasi pada terangkutnya begitu banyak aspek negatif yang kemudian dikonsumsi oleh berbagai elemen masyarakat. Dan yang sangat berbahaya adalah dapat dikonsumsi oleh anak – anak kategori masih belajar. Dari tingkat TK hingga SMA. Pemerintah memang sudah meletakkan proteksi fundamentalnya, misal melakukan proteksi jaringan, sosialisasi ke pengguna & orang tua, dan UU ITTE. Nah dalam perspektif pertama ini, kita menyebutnya Resolusi. Resolusi dari ‘Digital Guru’ terhadap permasalahan ini adalah pentingnya untuk melakukan proteksi semenjak dini terhadap generasi muda & siswa siswi didik dari bahaya konten Negatif Media Digital. Misal, Konten Gosip & Hoax, Kekerasan, Kriminal, Pornography & imoralitas, Takhyul, Mitos, kebencian SARA & konten politik yang tidak mendidik. Inilah yang kami sosialisasikan. Dan yang menjadi concern dari kami adalah implikasinya, bahwa telah terinjeksi-nya ke alam bawah sadar siswa siswi didik tentang hal – hal imoral, akulturasi & bahkan mengarahkan generasi muda untuk mengikutinya, dalam artian seluruh potensi kreatif dari generasi muda tergiring kepada kegiatan untuk meniru bahkan memproduksi hal – hal yang tidak memiliki derajat seni & budaya yang benar, bahkan tidak memiliki nilai kompetensi sama sekali. Maka landasan filosofis kedua adalah ‘Solusi’. Kita tidak bisa berhenti pada kepemahaman Resolusi, kita harus berikan jalan keluar. Ini kami jawab dengan keharusan untuk dilaksanakannya kegiatan Ekstra Kurikulum Seni Kreatif yang berbasis IPTEK. Yang merupakan subjek & goalnya. Dan Kami telah melakukan Coaching Clinic di tujuh Sekolah. Dua sekolah swasta sudah memberikan permintaan untuk pengadaan & pelaksanaannya.
Media DG : “Mengapa Eksra kurikulum ini menjadi Solusinya bang ?”.
TFR : Kita ingin generasi baru semenjak dini dapat menjadi lebih fokus dalam hal pengetahuan & keahlian Seni Kreatif, khususnya bidang Music Computer Digital & Multimedia. Sehingga generasi muda inilah yang akan menjadi pelindung diri mereka & masyarakat, yaitu memiliki kemampuan untuk memproduksi konten Digital yang merupakan karya sendiri, diproduksi sendiri & dengan kualitas yang baik. Baik dari aspek seni, teknologi & memiliki nilai edukatif. Bukan sekedar semata – mata mengejar viewers atau menjadi viral & iklan. Lagipula, kegiatan Excul sekolah yang sudah berjalan selama ini tidak lagi update & jelas tidak mengakomodir amanah RPJMN yang telah disusun oleh Depdikbud, yang telah mengamanahkan agar pendidikan wajib berlandaskan IPTEK. Bidang IPTEK dimaksud ada 4 : Informasi, Komputasi, Otomasi & Komunikasi. Ini tidak terimplementasikan.
TFR : Yang menjadi prioritas kami adalah pilot projects. Yaitu bagaimana program kami ini dapat diterima di sekolah Swasta di beberapa Provinsi. Target awal kami adalah 5 Provinsi yaitu Sumut, DKI Jakarta, Jabar, Yogyakarta & Babel. Tak perlu banyak secara kuantitas. Tapi bagaimana secara kualitas program ini dapat berjalan & memang teruji bermanfaat bagi siswa didik. Jika menggunakan orientasi ekonomi, belanja sekolah swasta yang independen tentu sudah cukup bagi kami. Dan adalah suatu kehormatan bagi kami apabila Pemerintah Daerah & juga Pemerintah Pusat, melalui Depdikbud, dapat menerima program kami ini sebagai jawaban dari tantangan pendidikan Nasional masa kini, dan mengakomodir ke dalam program eksta kurikulum yang diimplementasikan di sekolah – sekolah.Bahkan secara Nasional.
Media DG : “Apakah tidak ada kontraktor lain yang memiliki ide & mampu melaksanakan program yang digagas oleh Digital Guru ?”.
TFR : Siapapun dapat melakukan program seperti yang kami gagas ini, asal memiliki 4 kompetensi. Pertama, kemampuan mendesign silabus & kurikulum. Kedua, kemampuan men-suplai tenaga pengajar & instruktur, ketiga, kemampuan untuk melakukan pengadaan infrastrukturnya, keempat melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan belajar mengajarnya secara kontinyu. Sebagai informasi kami punya pengalaman & stakeholders di setiap bidang kompetensi & industri tersebut. Bahkan sudah melakukan gentle agreement dengan 4 distributor musical instrument & 2 distributor computer. Kami siap berkompetisi secara sehat dengan kontraktor lainnya.
MediaDG :“Apa ekspektasi abang terhadap Dinas Provinsi Dikbud Sumatera Utara terhadap program ini ?”. TFR : Sebagai seorang yang tumbuh besar di Sumatera Utara. Ada harapan & kebanggaan pribadi saya, bahwa Provinsi Sumut dapat menjadi pionir dalam pelaksanaan program ini. Dan ini relevan dengan slogan & semangat Pak Edy Rahmayadi sebagai Gubsu, yaitu mencapai “Sumut Bermartabat”. Dan pembentukan mental bermartabat tentu tidak bisa serta merta dikonstruksi atau diperbaiki di hilir. Hulunya adalah bidang pendidikan. Dan tentu sangat penting untuk menjaga & mendidik generasi muda Sumatera Utara. Karena untuk bermartabat itu haruslah dimulai dari sikap mental & moral. Kebudayaan yang berasal dari kata ‘Budi & Daya’. Jika daya fikirnya baik, maka kreativitas yang diproduksi juga akan baik, budi yang baik. Nah, tentu sangat membanggakan jika Sumut menjadi percontohan bagi provinsi lainnya, bahkan Nasional. (Media DG) .